Kejawen.id – Tidak hanya kaya akan alamnya, Pulau Jawa juga terkenal budaya, adat, tradisi, dan masih berpegang teguh pada ajaran-ajaran warisan dari nenek moyang mereka. Maka, tak heran jika sampai saat ini masih banyak orang menganut kepercayaan Kejawen, atau penghayat ajian rajah kalacakra aksara Jawa.
Jika kalian pernah mendengar nama ajian rajah kalacakra aksara Jawa, maka itu merupakan salah satu dari banyak ilmu ajian dipercaya dapat mengabulkan segala hajat bagi pemiliknya. Oleh karena itu, orang Jawa kuno dulu banyak yang menggunakan rajah kalacakra.
Sebagaimana diketahui, rajah kalacakra aksara Jawa juga dulu sering digunakan oleh para wali seperti Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan Syekh Subakir. Karena di dalam rajah kalacakra ini dipercaya banyak memiliki khasiatnya.
Nah, untuk sobat Kejawen.id yang belum mengetahui rajah kalacakra aksara Jawa ini jangan khawatir. Karena pada kesempatan ini kami akan memberikan ulasan tentang rajah kalacakra mulai dari pengertian, tulisan dan gambar rajah kalacakra.
Daftar Isi
Rajah Kalacakra Adalah
Sebagaimana diketahui, rajah kalacakra aksara Jawa adalah sebuah kalimat yang digoreskan pada beberapa media seperti kain, kertas, batu ataupun badan. Menggoreskannya juga bisa menggunakan tinta, minyak bahkan darah. Rajah kalacakra merupakan salah satu dari sekian banyak rajah paling dikenal di tanah Jawa.
Jika diartikan ke dalam konsep orang Jawa terdahulu, Kala artinya adalah sial atau jahat. Sedangkan Cakra yaitu senjata dari Batara Kresna ketika digunakan untuk memusnahkan kejahatan. Sehingga rajah kalacakra merupakan sebuah mantra digunakan untuk memusnahkan kejahatan atau keapesan.
Selain itu, rajah kalacakra dalam aksara Jawa juga memiliki banyak mitos beredar. Mitos tersebut sampai saat ini masih ramai diperbincangkan terutama di kawasan Menara Kudus, Jawa Tengah. Di mana cerita tersebut menyebutkan bahwa pejabat yang melewati pintu gerbang depan kompleks Masjid Menara dan Makan Sunan Kudus, maka pejabat tersebut diyakini akan lengser dari jabatannya.
Karena konon, Sunan Kudus sangat tidak menyukai terhadap orang yang sok-sokan berkuasa, apalagi penguasa tidak amanah. Oleh sebab itu, Sunan Kudus memasang bacaan rajah kolo cokro di pintu masuk utama ke area Masjid Menara dan juga area makamnya.
Jadi bagi siapa saja orang saat melintasi pintu yang terpasang rajah kalacakra tersebut, dipercaya kesaktian, kedigdayaan, serta kekuasaannya pasti akan hilang atau luntur. Maka hal tersebut hingga saat ini banyak pejabat jarang bahkan dilewati saat berziarah ke Makam Sunan Kudus maupun Masjid Menara, sebab mereka takut jabatannya akan lengser.
Tulisan Rajah Kalacakra Aksara Jawa
Seperti sudah disinggung di sebelumnya rajah adalah sebuah bentuk doa atau permohonan supaya tercapai apa yang menjadi kehendak pengguna rajah. Misalnya ingin memiliki ilmu kebal senjata, disegani banyak orang bahkan dicintai lawan jenis (pelet).
Tidak hanya itu, rajah kalacakra juga dapat digunakan sebagai rajah pagar rumah atau gaib dan dulunya juga banyak prajurit Jawa di masa perang menggunakan rajah kalacakra. Nah, untuk tulisan rajah kalacakra tersebut bisa kalian tulis di kain ataupun kertas. Adapun tulisan rajah kalacakra aksara Jawa adalah sebagai berikut:
- ꧀ꦄꦩꦫꦗꦗꦫꦩꦪ (YAMARAJA-JARAMAYA)
Wahai kalian suka mengganggu – pergilah dan jangan menggangu. - ꧀ꦄꦩꦫꦟꦶꦟꦶꦫꦩꦪ (YAMARANI-NIRAMAYA)
Wahai kalian datang dengan kesaktian – cabar & hilanglah daya gunamu. - ꧀ꦄꦯꦶꦭꦦꦦꦭꦯꦶꦪ (YASILAPA-PALASIYA)
Wahai kalian penyebab kelaparan – berilah kami pangan. - ꧀ꦄꦩꦶꦫꦢꦢꦫꦩꦶꦪ (YAMIRADA-DARAMIYA)
Wahai kalian penyebab kemlaratan – berilah kami kecukupan. - ꧀ꦄꦩꦶꦢꦺꦴꦯꦯꦢꦺꦴꦩꦶꦪ (YAMIDOSA-SADOMIYA)
Wahai kalian penyebab kesengsaraan -pergi & jangan membuat kami sengsara. - ꧀ꦄꦢꦪꦸꦢꦢꦪꦸꦢꦪ (YADAYUDA-DAYUDAYA)
Wahai kalian penyebab kejahatan – limpahkan kami bela kasihan. - ꧀ꦄꦯꦶꦪꦕꦕꦪꦯꦶꦪ (YASIYACA-CAYASIYA)
Wahai kalian mengasih hama – matikanlah penyakitnya. - ꧀ꦄꦯꦶꦲꦩꦩꦲꦯꦶꦪ (YASIHAMA-MAHASIYA)
Wahai kalian memerangi – turutlah kewajibanmu.
Menariknya lagi, dalam sebuah kitab kuno berjudul “Sarvatathagatakayavakcitta-Krsnayamaritantra” ditemukan sesuatu kemiripan dengan rajah kalacakra aksara Jawa yang disebut mantra Yamantaka. Berikut penggalan mantra tersebut:
Om ah hung
Om yamaraja
Sadomeya / yamedoru
Nayodaya / yadayoni
Rayakshaya / yaksheyaccha
Niramaya / hum hum phat phat svaha
Om bhucharana / ya patala charaya / man khecharaya
/ta purva niganam / ka dakshina digaya / hum
Pashchmi manam phat / uttara tigaya om-i / hrih-ya
Shtri-va / vi-kshi / kri-ko / ta-e / na-a / na-de / hum
Bhyoh phat sarva bhute bhyah
Om dashadika lokapala sapariwara argham praticcha hum svaha
Om dashadika lokapala sapariwara padyam praticcha hum svaha
Om dashadika lokapala sapariwara gandhe praticcha hum svaha
Om dashadika lokapala sapariwara pushpe praticcha hum svaha
Om dashadika lokapala sapariwara dhupe praticcha hum svaha
Om dashadika lokapala sapariwara aloke praticcha hum svaha
Om dashadika lokapala sapariwara naividya praticcha hum svaha
Om dashadika lokapala sapariwara shabda praticcha hum svaha
Di mana tulisan di atas hampir memiliki kemiripan dengan rajah kalcakra. Adapun arti dari tulisan tersebut adalah sebuah rajah ataupun mantra pemujaan permohonan perlindungan untuk menghancurkan ilmu YAMA. Oleh sebab itu, rajah kalacakra terkenal hingga kini merupakan penggalan dari mantra Yamantaka.
Nah, terlepas itu semua patut menjadi perhatian bahwa kalacakra adalah hasil leluhur di Jawa. Selain itu, rajah kalacakra juga dipercaya memiliki khasiat serta kelebihan tidak kalah ampuh dengan versi aslinya. Bahkan penghinaan terhadap kalacakra tersebut melambangkan 8 penjuru yang diyakini bakal membawa sial terhadap yang melakukan penghinaan.
Konon pada waktu perselisihan antara Sultan Hadiwijaya dan Harya Penangsang, Sunan Kudus yang saat itu membela Harya Penangsang menyiapkan kursi yang telah dirajah kalacakra untuk diduduki Sultan Hadiwijaya. Dengan penuh harapan setelah menduduki rajah kalacakra aksara Jawa sang sultan akan kehilangan kesaktian dan akan terkena sial.
Akan tetapi hal tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi Sunan Kudus, karena tanpa sengaja Harya Penangsang lah yang menduduki kursi tersebut. Sehingga tidak lama kemudian beliau kalah serta meninggal di tempat.
Sedikit tambahan, bagi kalian ketika menggunakan atau memiliki rajah kalacakra ada baiknya jangan ditaruh di dompet atau tempat sembarang. Terlebih kursi, karena rajah ini tidak sembarangan dan bisa membuat orang yang ingin mencelakai atau ingin berbuat kejahatan pasti akan melemah serta tidak ada energi dalam tubuhnya.
Gambar Rajah Kalacakra Aksara Jawa
Jadi gambar di atas terdapat tulisan yang sebenarnya mantra atau rapalan maupun ajian kunci dari rajah kalacakra. Gambar di atas merupakan contoh pembuatan rajah kalacakra menggunakan aksara Jawa yang dibuat melingkar dengan aksara ditulis terbalik, di antaranya seperti nga-ta-ba-ga-ma hingga ka-ca-ra-na-ha. Biasanya tulisan tersebut kebanyakan ditulis di kain, lempengan emas dan agar bisa menangkal atau melumpuhkan energi negatif.
Kesimpulan
Itulah ulasan tentang rajah kalacakra aksara Jawa beserta tulisan Jawa dan gambarnya. Rajah kalacakra merupakan salah satu rajah yang paling banyak memiliki fungsi maupun kedahsyatan, sehingga rajah ini dikenal dengan rajah kesaktian. Semoga artikel di atas bisa menjadi referensi dan menambah informasi tentang salah satu warisan nenek moyang kita dulu.