Mantra Segehan Agung, Pengertian, Isi dan Makna Filosofi

Kejawen.id – Bagi umat Hindu di Bali dalam melakukan upacara adat tertentu akan menghaturkan segehan agung. Di mana dalam menghaturkan segehan agung juga harus dibarengi dengan mantra.

Nantinya, bentuk segehan agung dan mantra juga berbeda untuk masing-masing daerah sesuai dengan desa kala patra. Di dalam segehan biasanya berisi telur, rokok, lintingan, daun sirih dan lainnya.

Secara umumnya, bentuk segahan agung serta mantra di beberapa daerah adalah menggunakan alas berbentuk kotak dan besar. Namun sayangnya, di zaman modern saat ini banyak orang akan meninggalkan luhur atau warisan budaya itu.

Oleh sebab itu, belakangan ini banyak orang sedang mencari kebenaran tentang mantra segehan agung. Maka, jika di antara kalian belum mengetahui mantra segehan ada baiknya simak pembahasan di bawah ini mulai dari pengertian, jenis segehan dan mantra.

Segehan Agung Adalah

Segehan adalah sebuah tingkatan kecil atau sederhana dalam upacara Bhuta Yadnya. Sementara tingkatan lebih besar disebut dengan tawur. Di mana kata segehan itu berasal dari kata “Sega” (nasi) dalam bahasa Jawa yaitu Sego. Oleh karena itu, segehan agung ini isinya didominasi oleh nasi dalam berbagai bentuk yang lengkap beserta lauk pauknya.

Adapun bentuk nasi tersebut ada berbentuk nasi cacahan (nasi tanpa diapa-apakan), kepelan (nasi dikepal), tumpeng (nasi dibentuk kerucut) kecil atau dananan. Selain itu, wujud segehan berupa alas taledan (daun pisang dan janur) kemudian diisi beserta lauk pauknya, seperti bawang merah, jahe, garam dan lain sebagainya.

Selanjutnya dipergunakan juga api takep (dari dua buah serabut kelapa yang menyilang, sehingga membentuk tanda + atau swastika), bukan berasal dari api dupa, melainkan dari beras dan tetabuhan air, tuak, arak hingga berem.

Dalam bahasa lain, segehan artinya “Suguh” menyuguhkan, hal tersebut dihaturkan kepada para Bhutakala supaya tidak mengganggu dan juga Ancangan Iringan para Betara dari Betari. Di mana tidak lain yang dimaksud adalah akumulasi dari limbah atau kotoran yang dihasilkan oleh pikiran, perkataan serta perbuatan manusia dalam kurun waktu tertentu.

Melalui segehan itulah, nantinya diharapkan bisa menetralisir dan menghilangkan pengaruh negatif dari limbah tersebut. Tidak hanya itu, segehan juga bisa dikatakan sebagai lambang harmonisnya hubungan manusia dengan semua ciptaan Tuhan (Palemahan).

Mantra Segehan Agung

Seperti diketahui, mantra merupakan susunan kalimat khusus atau kata yang isinya mengandung kekuatan gaib. Di mana susunan mantra tersebut berisi puisi dengan memiliki rima dan irama. Biasanya mantra tersebut digunakan oleh para dukun, atau praktisi spiritual untuk menandingi kekuatan gaib.

Seperti mantra segehan agung sendiri adalah sebuah mantra yang digunakan sebagai saran ritual penting dalam ritual sehari-hari. Konon segehan diyakini juga sebagai saran untuk Bhuta Yadnya agar tidak mengganggu kehidupan manusia. Umumnya, segehan ini bisa kita jumpai di Bali yang sering digunakan oleh umat Hindu.

Di mana umat Hindu di Bali saat melakukan upacara adat tertentu akan menghaturkan segehan agung. Selanjutnya mantra segehan agung biasanya digunakan saat piodolan di pura, melasti, serta upacara dengan sekala besar lainnya. Selain itu bentuk segehan juga berbeda untuk masing-masing daerah sesuai desa kala patra.

Isi Segehan Agung

Untuk penempatan segehan agun biasanya alasnya dipakai sebuah tempat yang agak besar (di Bali biasanya menggunakan nyiru/tampah). Kemudian di atasnya diisi 11 atau 33 buah tangkih, masing-masing diisi nasi, lauk pauk dengan bawang, jae, dan garam, selanjutnya dilengkapi dengan daksina atau alat perlengkapan daksina.

Segehan agung juga dilengkapi dengan sebuah canang payasan dan 11/33 buah canang genten atau bisa ditambah dengan jinah sandangan. Sementara untuk menghaturkan segehan agung ini disertai lewat penyambleh ayam kecil/babi/itik yang belum dikebiri (kucit butuan) masih hidup.

Adapun penggunaan penyamblih dapat disesuaikan dengan kepentingan serta tempatnya. Untuk waktu menghaturkan, semua perlengkapan di dalam daksana itu dikeluarkan, sedangkan telur serta kepalanya dipecahkan diikuti lewat pemotongan dan akhirnya diiringi tetabuhan.

Penggunaan Segehan Agung

Penggunaan segehan agung serta mantra biasanya dipergunakan dalam upacara-upacara besar, kadang-kadang memiliki sifat khusus seperti piodolan di pura untuk menurunkan atau memendak Ida Betara.

Selain itu, pengukuran tempat untuk suatu bangunan lebih-lebih bangunan suci, pembongkaran atau peletakan batu pertama, untuk suatu bangunan suci serta selalu menyertai upakara Bhuta Yadnya lebih besar. Nah, berikut salah satu mantra segehan agung yang sering umat Hindu di Bali gunakan.

OM Sang Hyang Purusangkara, anugraha ring Sang Kala Sakti,
Sang Hyang Rudra anugraha ring Sang Kala Wisesa,
Sang Hyang Durga Dewi,
anugraha ring Sang Dengen,
ameng-ameng padenira paduka Betara Sakti anunggu ri bhumi,
ring pura Parhyangan,
natar paumahan,
di Dalem pasuguhan wates setra pabayangan,
salwir lemah angker,
manusa aweh tadah saji sira watek Kala Bhuta kabeh,
iti tadah sajinnira sega iwak sambleh,
asing kirang asing luput nyata pipis sabundel patukuna sira ring pasar agung,
pilih kebelanira-ajaken sangkalanira kabeh,
nyah saking kene, apan sira sampun sinaksenan,
wehana manusanira urip waras, dirgayusa.
OM Kala bhoktaya namah,
Bhuta bhoktaya namah,
Pisaca bhoktaya namah,
Durga bhotaya namah,
OM ebek segara, ebek danu, ebek banyu-pramanah ingngulun.

Artinya:

OM Sang Hyang Purusangkara, rahmat Kala Sakti Suci,
Sang Hyang Rudra dikabulkan kepada Sang Kala Wisesa,
Dewi Durga,
rahmat Sang Degen,
Yang Mulia, Roh Kudus, sedang menunggu Anda di bumi,
juga Candi Parhyangan,
halaman rumah,
di tanah perbatasan seperti bayangan,
tanah berhantu,
Manusia memberikan makanan kepada seluruh Kala Bhuta,
tambahkan nasi dan ikan,
orang asing, orang asing, hilang, nyata, kencing dalam satu bungkusan, Anda berada di pasar besar,
pilih baju besimu – tantang semua,
dari sini, tetapi kamu telah menyaksikan,
biarkan manusiamu hidup sehat, dirgayusa.
OM Kala bhoktaya namah,
Bhuta bhoktaya namah,
Pisaca bhoktaya namah,
Durga bhotaya namah,
OM ebek laut, ebek danu, ebek air-pramanha di sebelah barat.

Jenis-Jenis Segehan Agung

Seperti sudah disinggung di atas, segehan artinya menyuguhkan, dalam hal tersebut segehan ini di haturkan kepada para Bhutakala agar tidak mengganggu serta juga ancangan iringan para Betara dan Betari.

Melalui adanya segehan, nantinya diharapkan bisa menetralisir serta menghilangkan pengaruh negatif dari limbah limbah tersebut. Nah selain segehan agung, di Bali juga terdapat beberapa jenis segehan lainnya. Adapun segehan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Segehan Kepel Putih

Selain mantra segehan agung, segehan kepel putih merupakan salah satu segehan paling sederhana yang biasanya disiapkan setiap harinya oleh umat Hindu.

2. Segehan Putih Kuning

Segehan putih kuning hampir mirip seperti segehan kepel putih, namun salah satu nasinya berupa nasi kuning. Segehan putih kuning dihaturkan di bawah pelinggih dengan mantra sebagai berikut.

Om Sarwa Bhuta Preta Byo Namah

Artinya : Hyang widhi ijnkanlah hamba menyuguhkan sajian kepada bhuta preta seadanya

3. Segehan Panca Warna

Segehan panca warna atau lebih dikenal kepel warna lima juga hampir sama segehan kepel putih. Hanya saja memiliki perbedaan nasinya itu memiliki 5 warna, yakni merah, kuning, putih. hitam serta brumbun. Adapun penempatan warna ini mempunyai tempat atau posisi khusus, sebagai contoh yaitu:

  • Warna Hitam terletak di posisi Utara.
  • Warna Putih terletak di posisi Timur.
  • Warna Merah terletak di posisi Selatan.
  • Warna kuning terletak di posisi Barat.
  • Warna Brumbun terletak di posisi tengah-tengah dari keempat warna tersebut.

Segehan panca warna biasanya diletakkan di pintu masuk pekarangan atau di perempatan jalan. Berikut mantra segehan panca warna

 Om Sarwa Durga Prate Byo Namah

Artinya : Hyang Widhi Ijinkan Hamba Menyuguhkan Sajian Kepada Durga Prete Seadanya

4. Segehan Cacahan

Terakhir, segehan cacahan ini berupa teladen yang berisi 7-9 tangkih, seperti contoh berisi 7 tangkih, maka isinya sebagai berikut.

  • Pertama 5 tangkih (tempat nasi) itu diletakkan di posisi timur, barat, utara, selatan dan di tengah.
  • 1 tangkih berisi lauk pauk berisi bawang, jahe, dan garam.
  • 1 tangkih untuk tempat tampelan dan beras.
  • Lalu di atasnya disusun canang genten.

Mantra untuk menghaturkan segehan cacahan adalah:

Om. Arwa kala perete byo namah.

Artinya : Hyang Widhi Ijinkanlah Hamba Menyuguhkan Sajian Kepada kala Preta Seadanya.

Setiap menghaturkan segehan cacahan di siram dengan tetabuhan. Di mana tetabuhan tersebut bisa menggunakan air putih yang bersih, atau tuak, brem, dan arak serta melalui cara mengelilingi segehan yang di haturkan. Ketika menyiram atau menyiratkan membaca mentra berikut.

Om. Ibek Segar, Ibek Danu, Ibek Bayu, Premananing Hulun.

Artinya : Hyanng widhi semoga hamba di berkahi bagaikan melimpahnya air laut, air danau, dan memberi kesegaran jiwa dan batin hamba.

Makna Filosofi Segehan Agung

Setelah kalian mengetahui mantra segehan agung, sekarang kami akan membahas apa makna dan filosofi yang terkandung di dalam segehan tersebut. Konon, segehan agung merupakan segehan yang beralaskan nyiru berisi nasi, bawang merah, jahe, garam, dan uang.

Selain itu, biasanya segehan agung dilengkapi dengan telur itik mentah dan kelapa, kemudian di tengahnya segehan biasanya diberi tempat sebagai alas kelapa yang di sampingnya tersusun sebuah kemiri, telor, pangi keluek, gagantusan peselan, di luarnya diisi nasi 11 porsi lalu disusun berdasarkan mata angin.

Jadi, makna dan filosofi dalam yang terkandung dalam wujud ritual segehan agung adalah bukanlah berarti segehan besar seperti pemahaman masyarakat Hindu pada umumnya. Namun, segehan ini ditujukan kepada seluruh Bhuta Kala dan pengikutnya.

Hal tersebut tercermin dari nasi 11 porsi yang ditaruh berdasarkan mata angin dan beras serta perlengkapan ditaburkan ke tempat penjuru mata angin. Nasi ditaruh disetiap arah mata angin itu juga mengandung makna bahwa segehan itu ditujukan kepada seluruh Bhuta kala yang terdapat di segala penjuru mata angin.

Kesimpulan

Itulah pembahasan tentang mantra segehan agung bagi umat Hindu di Bali. Selain itu, segehan ternyata memiliki bentuk wujud serta mantra berbeda. Dengan demikian semoga artikel di atas bisa membantu dan menjadi referensi buat kalian ketika belum mengetahui apa makna dan filosofi segehan.

Tinggalkan komentar