Cara Memanggil Hujan Kejawen, Mantra, Ilmu, Nyanyian dan Ritual

Kejawen.id – Indonesia dikenal kaya akan adat, suku dan budaya. Hal tersebut menjadikan masyarakat Indonesia mempunyai beragam tradisi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk cara memanggil hujan Kejawen.

Di mana tradisi ini ternyata sudah dilakukan secara turun temurun dan melekat dalam adat istiadat masyarakat Indonesia. Berbagai daerah Indonesia memiliki cara unik tersendiri untuk memanggil hujan Kejawen.

Oleh karena itu, sejak dulu nenek moyang kita sudah mempunyai cara untuk memanggil hujan Kejawen. Di daerah Indonesia memiliki cara atau ritual tersendiri guna memanggil hujan, diantaranya seperti mantra, doa, hingga tarian.

Oleh sebab itu, buat kalian yang belum mengetahui cara memanggil hujan Kejawen. Alangkah baiknya simak pembahasan lengkapnya di bawah ini mulai dari kumpulan cara, mantra, hingga ritual dalam tradisi Kejawen.

Cara Memanggil Hujan kejawen

Cara memanggil hujan Kejawen sejak zaman dahulu memang hampir semua kebudayaan dan kepercayaan di didunia memiliki cara tersendiri. Begitu juga dengan masyarakat Indonesia yang mayoritas masih melestarikan cara kuno dari nenek moyangnya.

Di Jawa khususnya, kepercayaan Kejawen sampai saat ini masih terlestarikan nilai-nilai budaya dan tradisi para leluhur atau nenek moyang yang kental dengan doa dan mantra-mantra kuno mengenai berbagai cara memanggil hujan Kejawen.

Masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa sebagian besar sampai saat ini menggunakan dengan cara membaca mantra. Karena mantra di anggap lebih mujarab dan cepat. Mantra ini berkaitan dengan puji-pujian yang diucapkan oleh seseorang dan ditandai dengan adanya sebuah permintaan hamba kepada Tuhan yang Maha Esa. Berikut cara memanggil hujan Kejawen dengan berbagai mantra-mantra kuno.

1. Mantra Tembang Pamoji

Tembang pamoji kaule

Pamojina socce kalaben ate se pote

Kaangghuy ngadep ajunan Gusti

Moge-moge karadduwe parnyo’onan banpartobeden

Son nak poto abibiden Nabi Adam

Wekasane Nabi Muhammad

Sengkok jenneng Alif

Alif igu popocogi

Sang pangocap sapa liwepa

Sengko’ makhlukka Allah

Mandhi mandhi mandhi

Diye

Tekka tekka tekka

Diye

Sendhit Jibril sakeng Malaekat

Ondem dateng Ondem dateng Ondemdateng

Mon geggere Mon geggere

Amin amin amin

Lailahaillallah Muhammadurrasulullah

Dangdangkep sere kakep

Mon majid mara ngocap

Mon manossa mara nyanggigep

Somor bandung talage petteng

Sabuhoni moge ondem

Petteng dateng

Malaekat papat tekka dateng

Saksena para wali

Wawalina Nabi Muhammad

Lailahaillallah Muhammadurrasulullah

Artinya:

Lagu puji-pujian saya

Pujian saya suci bersama dengan hati yang putih

Untuk menghadap Gusti (Tuhan)

Semoga dikabulkan permohonan dan pertobatan

Anak cucu sejak Nabi Adam

Pendahulu Nabi Muhammad

Nama saya Alif

Alif itu sesungguhnya di bawah kuasa Allah

Yang Maha Mengucap (Maha Memberi Wahyu)

Saya makhluk Allah

Manjur manjur manjur

Di sini

Datanglah datanglah datanglah

Di sini

Kata Jibril dari malaikat

Mendung datang mendung datang mendung datang Fakultas

Semoga cepat jatuh semoga cepat jatuh

Amin amin amin

Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah

Daun sirih bersusun rapi

Kalau mayat ayo bicara

Kalau manusia ayo diam

Sumur bandung di lahan telaga yang gelap

Mendung tidak disangka-sangka datang

Gelap datang

Keempat malaikat sudah datang

Saksinya para wali

Walinya Nabi Muhammad

Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah

2. Mantra Demong

Ta’ demmong,

Gerdem,

Kartem

E minannaren e minannaren e minannaren

Pateppa’aghi cacca’anna

Artinya:

(tirukan bunyi)

(tirukan bunyi)

(tirukan bunyi)

Panas yang sangat menyengat Panas yang sangat menyengat Panas yang sangat menyengat

3. Mantra Esmo Kerem

Esmo kerem, Sang belujhi Sang belujhi

Sang bidedderi pote

Aeng mata mondung nyapcap lekko

Ghembheng arjhun arjhuna

Asompenga asompeng

Ngarjhuk langngik manangis ondhem dem dem dem

Artinya:

Nama pengirim, Sang Pemurah Hati Sang Pemurah Hati

Sang bidadari putih

Air mata ikan mondung menetes keruh

Bunga arjhun

Akan di “sawer”

Menggugah langit untuk membuat mendung menangis

4. Mantra Bato Peter

Ganeka’ ajina macan koneng

Abato’ peter guntor

Abato’ peter kelap

Sabab aken, kabar’ tase’sabab aken, kabar’ tase’

Mendet mendet bias

Ta’ kadie, ta’ ka enger

Male die ta’ kannyar

Atena oreng 1000 jagat

De’ ate insun

Artinya:

Inilah jurus macan kuning

Mengeluarkan batuk petir guntur

Mengeluarkan batuk cahaya petir

Dikarenakan, ke arah barat laut dikarenakan ke arah barat laut

Diam diam saja

Tidak ke sini, tidak ramai

Agar di sini tidak ramai

Hatinya orang 1.000 dunia

Ke hati saya

5. Mantra Aji Guntur

Niat ingsun matek Ajiku si Guntung Mawur kapethik jantraning rino sirulloh Kodratulloh, kapethik jantrane wengi tekakno udan kapisan lepono jagadtulloh. Mendhung abang podho teko, mendhung ireng podho sebo, mendung putih gumulung dadio pitung samudro sokno ing (Sebutkan Nama Daerah Kalian) iki. Nabi Khidhir kang mengkoni toya tak jaluk katiyasanmu bres teles-teles saking kersaning Alloh. Yahu Yaa Alloh, Yahu Yaa Alloh, Yahu Yaa Alloh.

5. Mantra Menurunkan Hujan Hindu

Metu Sang Hyang Angin, menadi Wisnu. Metu Sang Hyang Surya manadi Wisnu. Peteng dedet triat-triut, apan aku anggo Sang Hyang Tunggal. Edeh, edeh Bhatara Guru, Edeh, Edeh Bhatara Wisnu.

Edeh, Edeh Bhatara Bhumi, Endeh Bhatara Indra menadi Wisnu, Cokbyor, Cok byor, cok byor. Metu Sanghyang Angin, menadi Wisnu, sing teke ada enyug, Teka byar, Teka byar, Teka byar. Mandeg Sang Hyang Angin, Metu Sang Hyang Wisnu, Teka byur, Teka byur, Teka byur.

Artinya:

Keluar menjadi aunaun, gelap gulita triat triut. Genter pater ketug lindu, muncul dari lautan dan danau.

Menjadi aun-aun, menjadi Sang Hyang Bhumi. Menjadi Wisnu ketug lindu Sang Hyang Segara, bermanifestasi menjadi Wisnu, muncul dari sinar matahari. Keluar menjadi aun-aun, gelap gulita triat triut.

Genter pater ketug lindu muncul dari lautan dan danau. Menjadi aun-aun, muncul Sang Hyang Bhumi menjadi Wisnu.

6. Nyanyian Memanggil Hujan Kejawen

E A E O
Asap kaum indian
Di tengah ladang
Mantra pemanggil hujan
Saman berputar-putar
Api mengelilingi para penari
Arak menggelinjang
Anak minta tetek
Air susu! Air susu!
Saman berputar-putar

Mantra-mantra turun dari langit
Saman berputar-putar
Matanya memerah
Tajam menusuk matahari
Di kawal ratusan pengawal negeri kuru
Api menyala-nyala
Arak menggelinjang
Mantra-mantra jadi mega di langit
Saman berputar-putar

Matanya menyala
Jadi mega di langit
Langit jadi pantat jelaga
Saman terus menari
Minta hujan
Matanya tajam membunuh matahari
Anak menangis minta susu
Air susu! Air susu!

Ritual Memanggil Hujan Kejawen

Setelah di bahas di atas kumpulan cara memanggil hujan Kejawen, selanjutnya perlu mengetahui juga ternyata dalam Kejawen untuk memanggul hujan itu ada berbagai ritual yang perlu dilakukan. Bagi masyarakat Jawa tradisi atau ritual itu masih sangat kental akan warisan orang Jaman kuno.

Berikut beberapa daerah di Indonesia yang masih menggunakan ritual atau cara untuk memanggil hujan Kejawen hingga saat ini masih terlestarikan.

1. Ritual Cambuk Badan Tiban (Tulungagung)

Ritual cambuk badan merupakan warisan dari raja Kediri. Saat musim kemarau melanda dan warga mulai kesulitan untuk mendapatkan air, maka ritual ini dilakukan oleh para pria dewasa. Di mana para pria bertelanjang dada, satu lawan satu saling cambuk tubuh di tengah lapang.

2. Ritual Ujangan (Purbalingga)

Ritual ujangan ini sama dengan ritual cambuk badan dan dibilang cukup ekstrim, pasalnya dilakukan menggunakan hitungan ganjil. Jika dalam tiga pukulan hujan belum turun, maka dilanjutkan dengan tujuh kali pukulan dan seterusnya.

3. Ritual Tari Sintren (Cirebon)

Tari sintren adalah tarian beraroma magis, karena tarian tersebut dilakukan saat mengalami kemarau panjang. Tari sintren tersebut dilakukan selama 40 malam berturut-turut. Namun, doa dan harapan tetap dipanjatkan pada Tuhan supaya hujan cepat turun.

Penarinya wajib seorang perempuan yang masih gadis suci (perawan). Dalam melakukan tarian ini, sang penari nantinya dalam keadaan tidak sadar atau kesurupan.

Kesimpulan

Demikian pembahasan mengenai cara memanggil hujan Kejawen di berbagai Nusantara yang sampai saat ini masih lestari. Dengan mengetahui warisan nenek moyang kita dahulu, semoga budaya, tradisi, adat istiadat di Indonesia akan tetap terjaga.

Tinggalkan komentar