Tradisi Munggah Molo, Tujuan, Syarat, dan Hari Baik

Kejawen.id – Tradisi Munggah Molo hingga sekarang masih banyak kalian temui di masyarakat, khususnya wilayah Jawa yang melakukan tradisi dari warisan leluhur ini. Dimana sebagian masyarakat Jawa masih melaksanakan tradisi tersebut ketika sedang membangun rumah.

Tradisi Munggah Molo adalah salah satu upacara adat yang dilaksanakan pada saat membangun rumah untuk menaikkan rangka atap rumah. Masyarakat Jawa mempercayai dengan melakukan tradisi ini nantinya akan membawa keberkahan ketika sedang membangun rumah.

Namun, sayangnya masih banyak orang di luar sana belum mengetahui tentang tradisi Munggah Molo. Padahal sebelum membangun rumah salah satu hal penting yaitu adanya ritual adat yang harus dilakukan agar nantinya bisa mendapatkan keselamatan dan ketenteraman.

Oleh karena itu, buat kalian yang belum mengetahui tradisi ini jangan khawatir. Kami akan membahas secara lengkap tentang tradisi Munggah Molo mulai dari pengertian, tujuan, syarat dan bahan perlengkapan ubo rampe hingga hari baik untuk melakukan Munggah Molo.

Apa Itu Munggah Molo?

Munggah Molo adalah salah satu upacara adat Jawa yang namanya diambil dari dua kata dalam Bahasa Jawa yaitu “Munggah” berarti menaikkan dan “Molo” yaitu kerangka atap. Tradisi Munggah Molo dilakukan ketika proses pembangunan rumah atau gedung saat memasuki tahap pemasangan kerangka atap.

Dalam tradisi Munggah Molo juga terdapat beberapa ubo rampe khusus (persyaratan dan bahan) yang didalamnya mengandung arti filosofi luhur yang sangat menarik untuk dipelajari. Tidak hanya dari makna spiritualnya saja, tetapi didalamnya banyak sekali makna-makna dan doa.

Tujuan Munggah Molo

Awal mula adanya tradisi ini yaitu bertujuan untuk meminta keselamatan para tukang dan pemilik ketika sedang membangun rumah. Di mana tradisi Munggah Molo awalnya bertujuan sebagai ritual yang berhubungan dengan hal-hal mistis berubah menjadi sebuah ritual meminta keselamatan dan keberkahan kepada Tuhan, dengan cara melakukan sedekah ketik sedang membangun bangunan baru.

Jadi tujuan utama dalam tradisi Munggah Molo adalah untuk memberikan keselamatan kepada para pekerja yang terlibat dalam proses pembangunan, serta memberikan harapan akan limpahan rezeki kepada calon penghuni rumah selama sedang dibangun.

Syarat dan Ubo Rampe Munggah Molo

Tradisi Munggah Molo biasanya dilaksanakan pada pagi hari, didahului dengan mencari hari baik jauh-jauh hari. Kemudian dilengkapi dengan berbagai syarat sesaji yang semuanya mempunyai filosofi tersendiri di antara sesaji tersebut.

Tradisi masyarakat Jawa saat membangun rumah dilakukan dengan berbagai ritual dan tahapan-tahapan tertentu. Ritual ini bertujuan agar para pekerja mendapat keselamatan dan calon penghuni bangunan akan mendapat rezeki berlimpah.

Biasanya sebelum melakukan tradisi Munggah Molo calon penghuni rumah harus mempersiapkan berbagai macam ubo rampe. Hal tersebut bertujuan untuk meminta keselamatan dan keberkahan saat prosesi pembangunan rumah berlangsung. Berikut ubo rampe yang perlu dipersipkan saat melakukan Munggah Molo.

1. Batang Tebu

Batang tebu yang dicabut hingga akarnya adalah salah satu syarat ubo rampe dalam tradisi Munggah Molo. Bagi kepercayaan masyarakat Jawa, batang tebu merupakan simbol dan doa agar selalu berbuat baik kepada sesama dan lingkungan.

2. Seikat Padi

Selanjutnya yaitu seikat padi yang telah menguning, masyarakat Jawa sampai saat ini masih mempercayai bahwa padi merupakan simbol kejayaan dan kemakmuran bagi pemilik rumah. Hal ini berupaya agar pemilik rumah mendapatkan kelapangan rezeki dan mudah dalam mencari pangan.

3. Uang Koin

Adanya uang koin dalam tradisi Munggah Molo adalah simbol finansial serta rezeki yang akan diraih bagi pemilik rumah.

4. Kelapa

Hasil alam digunakan sebagai ubo rampe selanjutnya yaitu kelapa hijau. Sejak zaman dahulu, kelapa merupakan simbol tanaman kaya akan manfaat. Nantinya pemilik diharapkan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

5. Jajanan Pasar

Selain hasil bumi, ubo rampe lain digunakan saat ritual yaitu ada jajanan pasar, ayam panggang (ingkung) dan pisang. Masyarakat Jawa mempercayai jika makanan tersebut adalah simbol saling berbagi serta komunikasi baik yang terjalin dengan tetangga.

6. Pakaian

Beda dari sebelumnya, selanjutnya harus ada ubo rampe Munggah Molo yaitu beberapa helai pakaian pemilik rumah. Masyarakat Jawa meyakini bahwa pakaian merupakan simbol kecukupan rezeki dari kebutuhan sandang.

7. Bendera Merah Putih

Ubo rampe berupa bendera sebenarnya baru ada ketika awal Indonesia merdeka. Sebagai wujud nasionalisme masyarakat Jawa dan rasa syukur kepada Tuhan yang sudah menganugerahkan kemerdekaan, sehingga bisa memiliki tanah air sebagai tempat tinggal maka tradisi ini di tambahkanlah bendera merah putih pada tradisi Munggah Molo.

8. Payung

Payung dalam tradisi ini memiliki makna yaitu agar senantiasa Tuhan semesta alam bisa melindungi dengan rahmatnya.

9. Kendi Air Minum dan Paku Emas

Terakhir, kendi berisi air minum sering ditemukan pada setiap ritual adat Jawa. Adapun kendi yang berisi air minum dan paku emas merupakan simbol harapan serta keselamatan dari Tuhan. Sebelum membangun tempat, ubo rampe tersebut nantinya disimpan pada bagian dalam kerucut atap rumah yang akan dibangun.

Setelah sema dipersiapkan, dari pihak keluarga yang membangun rumah selanjutnya memanggil tokoh agama setempat untuk memimpin doa. Setelah berdoa, tradisi Munggah Molo selesai dan kemudian diakhiri makan bersama dengan para pekerja bangunan serta tetangga sekitar.

Perlu diketahui, di setiap daerah khususnya Jawa memiliki ubo rampe berbeda-beda, tergantung tradisi dan adat yang berlaku di wilayah masing-masing.

Hari Baik Munggah Molo

Membuat bangunan menurut hitungan Jawa dipercaya nantinya akan memberikan keselamatan dan kesejahteraan bagi pemilik rumah. Karena sebelum membangun rumah, pemiliknya biasanya melakukan perhitungan terlebih dahulu berdasarkan hitungan Jawa.

Maka tidak heran, masyarakat Jawa saat membangun rumah biasanya dilakukan tradisi Munggah Molo atau keselamatan. Nah, buat kalian yang ingin tahu cara menentukan hari baik saat membangun rumah atau Munggah Molo simak penjelasannya berikut ini.

1. Neptu Hari

Pertama biasanya dimulai dari neptu hari. Adapun yang dimaksud neptu hari adalah ada perhitungan nilai sebuah hari, karena angka neptu berbeda-beda ini memiliki peran sangat penting.

  • Minggu : 5
  • Senin : 4
  • Selasa : 3
  • Rabu : 7
  • Kamis : 8
  • Jumat : 6
  • Sabtu : 9

2. Neptu Pasaran

  • Kliwon : 8
  • Legi : 5
  • Pahing : 9
  • Pon : 7
  • Wage : 4

3. Hitung Jumlah Neptu

Dalam hal ini menggunakan rumus perhitungan seperti (Neptu Hari + Neptu Pasaran) di bagai 4.

Contoh:

Minggu kliwon, minggu memiliki neptu hari 5 dan Kliwon memiliki neptu pasaran 8 jika dijumlahkan hasilnya 13 kemudian di bagi 4 hasilnya memiliki sisa angka 2. Dimana dari hasil penjumlahan tersebut nantinya diambil hanya hasil sisa angka terakhirnya.

4. Maka Sisa Angka Perhitungan Hari Baik

Nah, dari hasil sisa angka tersebut juga memiliki makna sendiri-sendiri. Berikut makna setiap sisa angka hasil dari penjumlahan.

  • Sisa 1 memiliki makna yaitu akan mengundang rezeki, ketenteraman, dan keamanan bagi rumah tangga.
  • Sisa 2 memiliki makna akan mendatangkan keberuntungan dan mencegah bahaya, contoh kejahatan, maling, dan lainnya.
  • Sisa 3 memiliki makna ada energi negatif di rumah.
  • Sisa 4 memiliki makna yaitu pemilik rumah dipercaya akan sakit dan seret rezeki.

Nah perhitungan menurut kepercayaan masyarakat Jawa ini bisa kalian jadikan rujukan sebelum mendirikan rumah.

Kesimpulan

Jadi bisa disimpulkan Munggah Molo adalah salah satu tradisi dari warisan leluhur dahulu yang hingga saat ini masih dilaksanakan ketika membangun rumah. Karena dengan melakukan ritual adat ini senantiasa bisa memberikan keberkahan, kelancaran, rezeki, ketenteraman, keamanan di dalam rumah yang dibangun.

Tinggalkan komentar